Selasa, 11 Maret 2014


Siapa yang tidak pernah merasa takut? Semua orang pasti merasakan yang namanya takut. Namun kita bisa mengurangi dan merubahnya menjadi peluang.
Ada sebagian orang yang mengatakan “saya tidak takut”. Namun dalam lubuk hatinya masih tersimpan ketakutan juga. Takut saat diburu anjing, ya kan takut digigit apalagi rabies, hehehe. Takut saat berada diketinggian. Dan lain sebagainya. Pada umumnya rasa takut sederhana dimiliki oleh anak-anak. Orang dewasa sudah berpengalaman dalam sebagian bidang sehingga telah mengurangi dan mampu beradaptasi terhadap rasa takut itu.
Contoh lain saat berada diketinggian. Saat kita melihat orang yang bekerja saat memasang BTN/Pemancar yang berada diketinggian mencapai 100 meter. Kita pasti merasa takut. Karena kita mencoba merasakan bagaimana rasanya berada diketinggian itu. Tapi bagi mereka, itu adalah hal yang biasa. Jadi pengalaman pada ketinggian sudah mengurangi rasa takut mereka terhadap ketinggian.

Rasa takut itu ada sangat banyak macamnya. Anak-anak takut pada ini itu misalnya, anak sekolah takut tidak naik kelas, takut nilainya buruk, bagi remaja misalnya takut putus dengan pujaan hati, bagi orang dewasa misalnya takut kehilangan pekerjaanya dan orang tua yang takut akan masa depan anaknya yang saat ini bandel. Jadi rasa takut itu selalu menghantui kita setiap saat.

Pada dasarnya, rasa takut itu anugerah. Yang tidak memiliki rasa takut adalah batu. Batu itu tidak memiliki perasaan. Berarti kalo kita tidak memiliki rasa takut, bisa dikatakan kita adalah batu.

Takut akan masa depan, sama halnya kita akan mengubur masa depan kita sendiri. Masa depan penuh dengan tantangan. Tantangan itu harus dihadapi bukannya ditakuti. Contoh sederhana, para siswa/siswi SMA/SMU sederajat yang melaksanakan ujian akhir nasional. Apakah mereka takut? Ya jelas takut. Takut tidak lulus. Lha, lantas bagaimana caranya supaya lulus? Ya harus melewati ujian nasionalnya dulu baru bisa lulus. Kalo tidak ikut ujian bagaimana bisa lulus?

Seperti itulah, takut akan sesuatu itu wajar, karena kita adalah manusia  yang memiliki perasaan dan kita bukanlah batu. Takut akan sesuatu tantangan, kita harus menghadapi tantangan tersebut untuk mencapai derajat yang lebih baik dihidup ini. Setelah melewatinya dan kita harus selalu optimis dapat melewatinya, maka kita akan mendapatkan pengalaman yang tak ternilai harganya.

Kembali ketopik intinya, bagaimana caranya menjadikan rasa takut menjadi peluang? Jawabannya adalah hadapi dengan kepala dingin dan berpikir kreatif.

Seorang prajurit yang gagah dan berani saat peperangan, bertempur menggunakan senjata dan bom, tetap saja takut tertembak. Dengan kondisi ini, kreativitas menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat. Diciptakanlah baju anti peluru. Jadi disini jelas, rasa takut yang hadapi dengan kreativitas menghasilkan peluang.

Dengan berkembangnya ponsel layar sentuh, yang hanya digeser-geser saja, dan semakin digeser-disentuh setiap saat akan merusak beberapa bagian dari layar ponsel tersebut. Tentunya orang takut jika ponsel yang dibeli mahal-mahal sampai tergores layarnya. Maka dengan kreativitas diciptakanlah anti gores layar ponsel. Begitulah kreativitas dapat meredam rasa takut.

Semua orang takut tenggelam, diciptakanlah pelampung agar tidak tenggelam.

Berikut beberapa contoh lain:

Orang takut kehujanan saat berada diluar rumah, diciptakanlah payung dan jas hujan.

Orang takut akan kegelapan saat berjalan dimalam hari, diciptakanlah senter.

Orang takut bisnisnya gagal dan bangkrut, maka Dia rajin sedekah.

Orang takut masuk neraka, maka Dia rajin beribadah.

Kesimpulan : rasa takut adalah anugerah. Hadapilah rasa takut itu dengan kepala dingin dan kreativitas sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

0 komentar:

Posting Komentar